Tawhid (توحيد tawḥīd), yang artinya adalah peng-esa-an atau kontra-pemisahan/pembagian. Berasal dari kata wahid yang artinya esa atau tunggal atau sendiri. Di dalam ajaran Islam, tawhid adalah konsep dalam aqidah (ikrar/ikatan/aqad keimanan) yang paling fundamental dan paling agung mengenai eksistensi Alloh, bahwa Dia adalah satu (Al-ʾAḥad) dan sendiri (Al-Wāḥid). Orang yang merealisasikan atau mengamalkan tawhid dengan sepenuhnya disebut dengan Muwahid.
Tawhid adalah syarat pertama bagi seseorang untuk menjadi muslim, yaitu dengan kalimat syahadatayn baik pengucapan serta pengamalan. Jika tawhidnya batal, maka status seseorang menjadi muslim juga telah batal atau yang sering disebut dengan murtad (orang yang keluar dari Islam). Seluruh rosul yang diutus oleh Alloh membawa misi yang sama, yaitu seruan: Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah Thoghut. Seperti yang Alloh firmankan dalam Al-Quran:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ [ القرآن / النحل (16) #36 ]
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah Thoghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Alloh dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rosul-rosul). [ Al-Qur-an Terjemah Bahasa / An-Nahl (16) #36 ]
Untuk bisa bertawhid dengan benar maka haruslah dipelajari dengan ilmu, dan diamalkan dengan istiqomah. Yang paling utama adalah dengan mengenali siapa itu Alloh (ma'rifatulloh), dan siapa itu musuh-musuh Alloh yang musuh utamanya adalah Thoghut. Juga setiap hamba (abdun) harus mengetahui apakah yang disebut dengan ibadah dan yang diibadahi, serta bedanya antara rob dan ilah. Pada ayat berikut disebutkan mengapa orang-orang yang mengadakan rob lain dan ilah lain sebagai musyrik:
ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَٰنَهُمْ أَرْبَابًۭا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَٰهًۭا وَٰحِدًۭا ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ [ القرآن / التوبة (9) #31 ]
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rob-rob selain Alloh, dan Al-Masih putera Maryam (juga mereka ilahkan), padahal mereka hanya disuruh mengibadahi Ilah yang Esa, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia. Maha suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan. [ Al-Qur-an Terjemah Bahasa / At-Tawbah (9) #31 ]
Dalam beribadah maka seorang hamba Alloh wajib memurnikan ketaatannya kepada Alloh tanpa bercampur dengan berbagai macam hal yang mungkin dimiliki oleh si hamba. Seperti halnya dalam ber-waliy, maka di ayat berikut ini Alloh menyebutkan mereka yang bar-awliya kepada selain Alloh serta mereka telah beribadah kepada para awliya walau tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Alloh, sebagai pendusta dan kufur (ingkar).
إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًۭا لَّهُ ٱلدِّينَ أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلْخَالِصُ ۚ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلْفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِى مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى مَنْ هُوَ كَٰذِبٌۭ كَفَّارٌۭ [ القرآن / الزمر (39) #2-3 ]
Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka ibadahi Alloh dengan memurnikan din (ketaatan) kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah din yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil awliya selain Alloh (berkata): "Kami tidak mengibadahi mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Alloh akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Alloh tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. [ Al-Qur-an Terjemah Bahasa / Az-Zumar (39) #2-3 ]
Kewajiban seorang muwahid (hamba Alloh ahlu tawhid) adalah beribadah kepada Alloh dengan ketaatan yang paling murni dan menjalaninya dengan amal yang paling lurus, serta yang paling penting adalah tanpa sedikitput ada penyekutuan.
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ [ القرآن / البينة (98) #5 ]
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengibadahi Alloh dengan memurnikan din (ketaatan) kepada-Nya (menjalaninya) selurus-lurusnya, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah din yang lurus. [ Al-Qur-an Terjemah Bahasa / Al-Bayyinah (98) #5 ]
Ketahuilah wahai saudara-saudara dalam iman – semoga Alloh merahmati kita semua – bahwa tidak semua orang yang mengucapkan kalimat: “Laa ilaahaa illa Alloh”, langsung menjadi orang yang sudah bertawhid (muwahid). Akan tetapi, menurut para ulama, agar menjadi seorang yang bertawhid harus memenuhi tujuh syarat berikut ini:
1. Ilmu, yaitu mengetahui makna dan maksud dari kalimat tawhid itu, baik dalam hal penetapan (itsbat) maupun penolakan (nafi). Maka tiada (yang berhak) disembah diibadahi selain Alloh.
2. Yakin, yaitu meyakini dengan seyakin-yakinnya akan komitmen (dari kalimat tawhid itu).
3. Menerima dengan hati dan lisan (perkataan) segala konsekwensinya.
4. Tunduk dan patuh kepada segala yang menjadi tuntutannya.
5. Benar dalam mengatakannya. Artinya, apa yang dikatakannya dengan lidah mesti sesuai dengan apa yang diyakininya dalam hati.
6. Ikhlas dalam melakukannya, tanpa dicampuri riya atau ujub.
7. Mencintai kalimat tawhid ini dengan segala konsekwensinya.
Semoga Alloh Jala Jalaluh menjadikan kita semua Al-Muwahid.
Komunitas Pemanah Muwahid Nusantara
No comments:
Post a Comment