Memanah Di Jalan Alloh


Setiap hari Uqbah bin Amir Al Juhani keluar dan berlatih memanah, kemudian ia meminta Abdullah bin Zaid agar mengikutinya namun sepertinya ia nyaris bosan. Maka Uqbah berkata, “Maukah kamu aku kabarkan sebuah hadits yang aku dengar dari Rosululloh sholallohu alayhi wa salam?” Ia menjawab, “Mau”. Uqbah berkata, “Saya telah mendengar beliau bersabda:

يُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلَاثَةَ نَفَرٍ الْجَنَّةَ صَاحِبَهُ الَّذِي يَحْتَسِبُ
فِي صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ وَالَّذِي يُجَهِّزُ بِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَالَّذِي يَرْمِي بِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَالَ ارْمُوا وَارْكَبُوا
وَإِنْ تَرْمُوا خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا

“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan memasukkan tiga orang ke dalam surga lantaran satu anak panah; orang yang saat membuatnya mengharapkan kebaikan, orang yang menyiapkannya di jalan Allah serta orang yang memanahkannya di jalan Allah”. Beliau bersabda: “Berlatihlah memanah dan berkuda. Dan jika kalian memilih memanah maka hal itu lebih baik daripada berkuda”. (HR. Ahmad no. 16699)

Itulah salah satu bentuk dari amal jariyah dalam ajaran Islam. Tapi yang lebih utama lagi, hadits tersebut adalah salah satu dari anjuran dari Nabi untuk mempersiapkan kekuatan untuk berjihad. Anjuran agar ummat Islam itu kuat juga dalam segi militer, segi pengetahuan, segi fisik, segi keterampilan, bukan ummat yang hanya melulu berkubang dalam ritual ibadah. Ingatlah akan keutamaan-keutamaan jihad di jalan Alloh, seperti yang disabdakan oleh Nabi:

رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِيْ كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ.

Orang yang menjaga di tapal batas (Ats-Tsaghor: Ahlur-Ribaath atau ahluts-tsughur adalah orang yang menjaga kaum Muslimin dari serangan musuh, Ta’liiq Shahiih Muslim, III/1520) sehari semalam lebih baik dari puasa dan shalat malam selama sebulan. Dan jika ia mati, maka mengalirlah (pahala) amal yang biasa ia kerjakan, diberikan rizkinya, dan dia dilindungi dari adzab (siksa) kubur dan fitnahnya. (HR. Muslim no. 1913, shohih)

مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى

"Perumpamaan seorang mujahid di jalan Alloh adalah seperti orang yang berpuasa yang mendirikan sholat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia tidak berhenti dari puasa dan sholatnya, sehingga seorang mujahid di jalan Alloh Ta’ala pulang." (Muttafaq 'Alaih)

Dari Abu Hurairah Rodhiyallohu anhu, ia berkata:

قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا يَعْدِلُ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ؟ قَالَ : « لَا تَسْتَطِيْعُوْنَهُ ». قَالَ : فَأَعَادُوْا عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا . كُلُّ ذَلِكَ يَقُوْلُ : « لَا تَسْتَطِيْعُوْنَهُ ». وَقَالَ فِيْ الثَّالِثَةِ : « مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللهِ . لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى » .

Dikatakan kepada Nabi Sholallohu alayhi wa salam: “Amalan apa yang setara dengan jihad fii sabiilillah?” Nabi Sholallohu alayhi wa salam berkata: “Kalian tidak bisa (mengerjakan amalan yang setara dengan jihad)”. Para shahabat mengulangi pertanyaan tersebut dua kali atau tiga kali, dan Nabi tetap menjawab: “Kalian tidak bisa (mengerjakan amalan yang setara dengan jihad)”. Kemudian Nabi Sholallohu alayhi wa salam bersabda pada kali yang ketiga: “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah itu seperti orang yang berpuasa, shalat, dan khusyu’ dengan (membaca) ayat-ayat Allah. Dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya sampai orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala itu kembali”. (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shohiih-nya no. 1878, Ibnu Abi Syaibah no. 19542, Ibnu Hibban no. 4608 At-Ta’liiqaatul Hisaan ‘ala Shahiih Ibni Hibban, At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 1619, Ahmad dalam Musnad-nya II/424, Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 2612. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits as-Shahiihah no. 2896)

Pasukan pemanah (penembak) sering menjadi kunci utama dalam suatu pasukan. Telah tertulis dalam tarikh siroh nabawiyah, dalam kisah perang di Jabal Uhud, pasukan pemanah adalah kunci menang atau kalahnya pasukan Islam. Saat itu, Rosululloh sholallohu alayhi wa salam menempatkan 50 orang pasukan pemanah terbaik diatas bukit uhud. Rosululloh sendiri menunjuk Abdullah bin zubair sebagai pemimpin pasukan panah khusus ini. Tugas pasukan panah ini adalah mengawal 700 pasukan muslim dari pasukan kafir quraisy yang jumlahnya lebih banyak, yakni 3000 pasukan. Rosululloh berkata:

"Meskipun kamu melihat kami disambar burung, tetaplah kamu di markas kamu ini sampai kamu dipanggil, dan kalau kamu melihat kami mengalahkan dan menundukkan mereka, tetaplah kamu disini sampai kamu dipanggil".

Pasukan kafir datang dengan 3000 personil, seratus diantaranya ialah pasukan berkuda. Sayap kanan dipimpin oleh Kholid Bin Walid yang ketika itu belum masuk Islam. Sedangkan sisi kiri dipimpin oleh Ikhrimah bin abu jahal yang juga belum masuk islam pada saat itu.

Pertempuran berlangsung hebat. Abu Dujana yang saat itu membawa pedang Rosululloh berhasil menembus ke jantung pertahanan kaum kafir, kaum musyrikin pun lari kocar-kacir. Namun sayang, saat pasukan kafir terdesak mundur, pasukan panah yang ditempatkan nabi di atas bukit tergiur barang rampasan perang yang ditinggalkan pasukan kafir, mereka pun turun berbondong-bondong dari bukit uhud. Celah kelemahan ini ternyata diamati oleh pasukan kafir. Pasukan kafir pun berbalik menyerang pasukan muslim, sehingga pasukan muslim pun terjepit. Saat itu pasukan kafir bahkan berhasil melukai kepala Rasulullah dan memecahkan gigi seri beliau. Mendapat serangan balik ini beberapa sahabat berusaha bertahan namun mereka syahid satu demi satu. Semoga Alloh mengampuni dan meridhai mereka.

Selain kisah perang, ada juga kisah tentang para sahabat Rosululloh dengan panah mereka. Dalam pasukan Rosululloh adalah seorang panglima yang disegani karena panahnya, dia adalah Saad bin abi waqqash, pemimpin dan panglima perang muslim yang mempunyai gelar “Singa Yang Menyembunyikan Kukunya”. Dia adalah orang yang pertama kali menggunakan panah dalam perang membela Din Allah. Keakuratannya dalam menggunakan panah termasyhur di kalangan sahabat dan musuh, bahkan Rosululloh pun pernah berdo’a untuknya, “Ya Alloh, tapatkanlah bidikan panahnya dan kabulkanlah do’anya”. Menurut suatu riwayat lain, Zaid bahkan pernah berperang hanya dengan satu anak panah. Ia bidik salah satu musuh, kemudian berlari untuk mencabut anak panahnya, kamudian ia bidikkan lagi ke musuh yang lain. Ma sya Alloh ....



Komunitas Pemanah Muwahid Nusantara

No comments:

Post a Comment